Sebuah Seni Menjadi Ibu Baru Bebas Nyinyiran: Bersikap Masa Bodoh!



"Waah ... Anaknya kok hitam? Beda sama mamanya?"

"Anaknya kok kurus? Tidak dikasih makan, ya?"

"Kok pakai diaper terus? Nanti jalannya ngangkang, lo? Malas nyuci?"

"Baru anak satu kok rumah berantakan? Penampilan juga acak-acakan, enggak takut pelakor?"

"Lahiran caesar? Pasti mahal. Kasian suaminya."

"Susu formula? Harusnya minum ASI biar bayinya sehat dan pintar."

Begitu banyak nyinyiran yang harus dihadapi oleh ibu baru a.k.a wanita yang baru siap lahiran. Baru merasakan menjadi seorang ibu. 

Nyinyiran lanjutan lebih tepatnya, setelah pertanyaan dan komentar tentang: kapan wisuda, kapan nikah, udah isi apa belum.

Makanya calon ibu harus menyiapkan mental menghadapi ini semua. Kuatkan hatimu supaya apapun nyinyiran yang datang, kamu bebas dari baper a.k.a terbawa perasaan.

Bagaimana sih sebenarnya cara menghadapi keadaan, di mana kita mendapatkan komentar dan pertanyaan menyudutkan, kesinisan dan anggapan remeh dari orang lain, termasuk dari keluarga sendiri, seperti orang tua, mertua, ipar dan saudara serta kerabat? Ada satu cara simpel. Cukup satu cara sederhana: Masa Bodoh!

Jika mereka bertanya, jawab saja seadanya. Jika mereka menghakimi, menuduh, senyumin aja, dengerin aja, jangan tanggapi. Meskipun di dalam hati rasanya kesal, sebel dan tidak terima.

Boleh saja melampiaskan kekesalan dengan ngedumel atau memaki sekalian. Silahkan saja. Tapi cukup dalam hati. Sedangkan bibir? Senyum menawan selalu mode on, dong!

Saat mereka mencap kalian para ibu muda tidak becus, manja, menyusahkan suami, bla bla bla, senyumin aja. Tapi dalam hati, jika memang tidak merasa begitu, jawablah dengan kata-kata semaumu: "bodo amat", "urusan lo apa, dog?", "masalah buat lu?", " suka-suka gue, dong!".

Pokoknya setiap kata-katanya yang ingin kalian tanggapi dengan makian, lakukan. Tapi di dalam hati. Lampiaskan dengan kata sekasar-kasarnya kalau perlu. 

"Kok anakmu kurus? Enggak dikasih makan, ya?"

"Dikasih kok. Cuma mungkin karena faktor keturunan, Bapaknya dan saudara-saudaranya juga turunan tinggi kurus"

"Mana ada kayak gitu. Pasti anaknya enggak cukup makan makanan bergizi. Harusnya kamu bla bla bla ... "

"Sudah, kok!"

"Ah, enggak mungkin. Bla bla bla bla ... "

Kalau sudah begini, lebih baik pas dia ngomong panjang lebar itu, kamu jawab dalam hati, "Terserah lu, dah. Bodo Amat. Anak, anak gue, kenapa lu yang repot. Toh, anak gue sehat dan lincah!" Dan setelah dia selesai ngomong, anggukin aja dan iya-iyain aja kata-katanya biar dia senang.

Kalau begini, dia senang bisa menyalurkan hobi nyinyir dan kitapun lega karena sudah memaki tukang nyinyir yang menyebalkan, meski dalam hati. Setidaknya tidak ada dendam dan saling menyakiti hati. 

Itu adalah salah satu contoh. Untuk nyinyiran lainnya, bisa juga diterapkan cara ini. Intinya, nyinyiran dan kata-kata yang membuat mental jatuh, membuat kita merasa rendah diri, pokoknya memunculkan pikiran negatif, abaikan saja. Siapapun yang mengatakan.

Yang penting anak kita, diri kita dan suami baik-baik saja. Persetan dengan pandangan orang lain. Rugi sendiri kalau misalkan kita baper dan akhirnya tersiksa sendiri dengan omongan mereka, akhirnya depresi, terkena baby blues syndrome, menyakiti anak sendiri, Ya Allah. Jangan sampai. Jangan sampai!

Sebagai ibu baru, nikmati saat-saat memiliki bayi, nikmati masa-masa yang sembilan bulan lamanya dinanti. Hempas manjah semua energi negatif dari ucapan nyinyir orang-orang, sekalipun orang terdekat. 

Belajarlah menguasai seni menjadi ibu baru bebas nyinyiran dengan bersikap masa bodoh, bodo amat lah dengan omongan orang lain. Tetap dengarkan kata mereka, tapi lakukan keyakinan kita. Cukup!

Jangan mau merusak kebahagiaan menjadi ibu baru hanya karena mendengarkan dan memasukkan hati omongan dari lisan jahat orang lain. Mereka hanya bisa berkomentar tanpa paham apa yang kita alami. 


Post a Comment

0 Comments